Mengapa Ilmu Tasawuf dapat juga dikatakan sebagai bagian bagian dari filsafat islam?
Fajrin Maulana
– Karena Tasawuf sebagai suatu ilmu dan mempelajari bagaimana seorang muslim berada sedekat mungkin kepada Allah Swt, dapat dibedakan dengan dengan Tasawuf Amaly / Ahklaqi, dan tasawuf Falsafi. Dari pengelompokan ini tergambar adanya unsur – unsur kefilsafatan didalam ilmu tasawuf, seperti penggunaan logika dalam menjelaskan maqomat ( al fana – al baqa – ittihad – Hulul – Wahdat al Wujud ).[1]
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya hubungan antara keduanya adalah semua menuju suatu yang maksimal dalam beribadah, sebagaimana filsafat adalah suatu transportasi untuk menuju kepahaman seseorang kepada sang penciptanya dan Tasawuf adalah jalan yang akan ditempuh, atau juga sebagai sarana dan bekal untuk menyampaikan kepada jujuan. Inilah qiyasan bagaimana keterkaitan antara filsafat Islam dan Tasawuf .
Dan adapun perbedaan antara Filsafat Islam dan Tasawuf dapat dijelaskan sebagai berikut :
Objek filsafat membahas dalam suatu yang ada, baik fisika maupun yang metafisika yang dikaji melalui argumentasi akal dan logika.
Objek tasawuf pada asalnya mengenal Allah, baik dengan jalan Al Ubbad ( ahli ibadat ) dan Al Zuhhad ( ahli zuhud ). Dengan menempuh dengan batin, Allah dengan kemudian menancapkan kedalam jiwa manusia ketika bersih prihal ma’rifah dan hakikat – hakikat maujud. Jalan tersebut tidak merata terdapat pada manusia.[2]
Dilihat dari perbandingan objek diantara keduannya, Filsafat Islam membahas sesuatu yang berbentuk Ghaib dan Berbentuk sebaliknya a-priori ( yang dapat diterka dengan panca indra ). Sedangkan Tasawuf berusaha untuk mendekatkan lebih baik lagi kepada sang Khaliq, bagaimana seorang itu berbuat dimana dia berada disitu juga Allah mengawasinya.
Yang mana kita ketahui sebagai mana ditauhid: An ta’budallaha kaannaka taroohu, faillam takun taroohu fainnahu yarooka. Yang berarti :Beribadah lah kepada Allah seakan akan kau melihatnya, dan apa bila kamu belum melihatnya dan sesungguhnya dia melihatmu. Inilah yang dimaksud dengan pendekatan dengan Ibadah, dan berusaha mendekatkan diri dengan Zuhud, segala apa yang menjadi godaan dunia tak akan jadi masalah baik itu berupa materi dan non materi, dan menuju kemakrifat yang mana seakan – akan adanya pendekatan lebih lanjut dan lebih dekat lagi.
Dan dari itulah ada keterkaikan antara Filsafat Islam dan Tasawuf. Ibaratkan sayur tanpa garam apabila kita menjalankan ibadah tanpa adanya suatu perbaikan dengan mengenal lebih dekat lagi sang pencipta, tanpa itu semua pengetahuan kita tentang ketuhanan tiada artinya sama sekali tanpa adanya pengetahuan siapakah yang menciptakan kita.
Leave a comment