Konsep Ibnu Sina Tentang Wajibul Wujud!
Fajrin Maulana
Konsep penciptaan alam dalam filsafat ibnu sina bersifat emanasionitis, sama halnya dengan dengan teori emanasi yang diajukan Al Farabi yaitu tuhan yang maha esa merupakan Dzat wajibul Wujud bertafakur tentang dirinya, dan dari pemikiran ini muncul pelimpahan akal – akal serta alam falak. Teori yang dikembangkan oleh filosof ini menetapkan bahwa alam semesta bersifat (qodim), tidak ada permulaan pada zaman.
Akan tetapi, Ibnu Sina memberikan corak yang berlainan dengan konsep Al Farabi. Dari Tuhan memancar intelegensi ( akal ) pertama, dan dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama, dan dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama; demikian seterusnya sehingga memancar akal yang kesepuluh dan Bumi.
Dan dari akal akan melimpah segala sesuatu yang ada didalam bumi ini, yang berada didalam falak bulan.
Bumi menurut Ibnu Sina adalah konsep akal – akal, yang didalam teori Emanasi disebut dengan Malaikat. Dengan demikian akal pertama sama dengan malaikat yang paling tertinggi dan akal yang kesepuluh adalah Jibril.[1]
Dan teori ini sangat ditentang dengan pendapat Ahlus – Sunnah Wal Jama’ah, yang mengemukakan pendapat bahwa alam semesta ini adalah ciptaan tuhan dan karena itu alam ini bersifat baru[2]. Dan dibedakannya Tuhan dan alam semesta sebagai yang Qodim dan yang baru ( hadist ), dan dari itulah dapat diketahui bahwasannya segala sesuatu yang Qodim / wujud Qodim ( Tuhan ) adalah sebab terjadinya sesuatu yang baru yaitu alam
Sebagai orang yang mempunyai faham Ahlus –Sunnah Wal Jama’ah Al Ghazali berprinsip tentang alam semesta, beranjak pada konsep yang ada (Al Maujud )
Segala yang ada tidak terlepas dari dua bentuk yaitu pencipta ( al Kholik ) dan yang diciptakan ( Al Mahkluk ) . kedua ini mempunyai bentuk karakteristik yang ekslusif, yang membedakan satu sama lainnya.
Al Khalik sebagai sang pencipta dan yang mempunyai kehendak untuk menghidupkan atau untuk melakukan sesuatu apa yang diinginkan
Sedangkan Makhluk yang diciptakan mempunyai karakter yang bertentangan dengan sang pencipta yang mana sang kholik memiliki pada posisi superior.
Jika sang pencipta memiliki sifat berkuasa sudah pasti yang menciptakan adalah kuat, sedangkan yang diciptakan adalah sesuatu yang lemah sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh sifat – sifat dan karakter masing – masing.
Leave a comment